Rindu padamu ya Rasulullah....
Ya Rasulullah s.a.w Kekasih Allah... Jatuh air mata ummat mu ini bila setiap kali mengenangkan Dirimu... Setiap kata-kata mu, kasih mu, cinta mu, rindu mu pada ummat mu hingga ke saat akhir riwayat mu.. disaat Izrail, dan Jibrail disisi mu, kau (Rasulullah s.a.w) masih menyebut ttg umat mu.. ''ya ummati, ya ummati..'' dirimu masih meminta kebaikan dan kesenangan buat ummatmu di sana kelak.
Sedangkan...Ummat mu kini... ya Rasulullah... .sedih dan pilu hati ku melihat ada dalam kalangan saudara2 ku sedikit pun tidak mengingati mu.. kalau pun ada cuma segelintir cuma. Malunya Diri ini padamu Ya Rasulullah.... Mulianya kepribadianmu Ya Rasulullah... sungguh mulia. Ya Rasulullah berikan lah syafa'at mu... pada ku... yang hina ini... demi mengharap keredhaanNYA...
"Ya Rasulullah S.A.W duhai Kekasih Allah..Alangkah indahnya Seandainya diriku dapat bersama-sama mu memperjuangkan islam... Ya Rasulullah ku relakan demimu... ku rela JasaD ku Dihunus kejam meskipun dengan hujung pedang yang tajam.. Demi mu dan Allah.. ku Rela mati dihujung kalimah ''LA ILAHA ILLALLAH... MUHAMMADDAR RASULULLAH... ''
:~ Detik KeWafaTaN RasuluLLaH ~:
Tiba-tiba dari luar pintu terdengar seseorang berseru mengucapkan salam. ‘bolehkah saya masuk?’ tanyanya.
Tapi Fatimah tidak mengizinkan masuk, “Maaflah, ayahku sedang demam”, kata Fatimah yang membalikkan badan dan menutup pintu.
Kemudian ia kembali menemui ayahandanya yang ternyata sudah membuka mata dan bertanya pada Fatimah, “siapakah itu wahai anakku?”
“tak tahulah ayahku, orang sepertinya baru sekali ini ku melihatnya,” tutur Fatimah lembut. Lalu Rasulullah menatap puterinya itu dengan pandangan yang menggetarkan.
Seolah-olah bahagian wajah anaknya itu hendak dikenang.
“ketahuilah, dialah yang menghapuskan kenikmatan sementara, dialah yang memisahkan pertemuan di dunia. Dialah malaikat maut,” kata Rasulullah.
Fatimah pun menahan ledakan tangisnya. Malaikat maut datang mengahampiri, tapi Rasulullah menanyakan kenapa Jibril tidak ikut sama menyertainya. Kemudian dipanggil lah Jibril yang sebelumnya sudah bersiap di atas langit dunia menyambut roh kekasih Allah dan penghulu dunia ini.
“Jibril, jelaskan apa hakku di hadapan Allah?”, Tanya Rasulullah dengan suara yang mat lemah.
“Pintu-pintu langit telah terbuka, para malaikat tela menanti rohmu. Semua syurga terbuka luas menanti kedatanganmu,” kata Jibril.
Tapi itu ternyata tidak membuatkan Rasulullah lega, matanya masih penuh kecemasan.
“engkau tidak senang mendengar khabar ini?”, Tanya Jibril lagi.
“Khabarkan kepadaku bagaimana nasib umatku kelak?”
“Jangan khuatir wahai Rasulullah aku pernah mendengar Allah berfirman kepadaku: Kuharamkan syurga bagi sesiapa saja, kecuali umat Muhammad telah berada di dalamnya,” kata Jibril.
Detik-detik pemergian Rasulullah semakin dekat, saatnya Izrail menjalankan tugas. Perlahan roh Rasulullah ditarik.
Nampak seluruh tubuh Rasulullah besimbah peluh, urat-urat lehernya menegang. ‘Jibril betapa sakitnya sakaratul maut ini.’
Perlahan Rasulullah mengadu.
Fatimah terpejam, Ali yang disampingnya menunuduk semakin dalam dan Jibril memalingkan mukanya.
“Jijikkah kau melihatku, hingga kau palingkan wajahmu Jibril?” Tanya Rasulullah pada Malaikat penghantar wahyu itu.
“Siapakah yang sanggup, melihat kekasih Allah direnggut ajal,” kata Jibril.
Sebentar kemudian terdengar Rasulullah mengaduh, kerana sakit yang tidak tertahan lagi.
“Ya Allah, dahsyatnya maut ini. Timpakan saja semua seksa maut ini kepadaku, jangan pada umatku.”
Badan Rasulullah mulai dingin, kaki dan dadanya sudah tidak bergerak lagi. Bibirnya bergetar seakan hendak membisikkan sesuatu. Ali segera mendekatkan telinganya.
Yang bermaksud; peliharalah solat dan peliharalah orang-orang yang lemah di antaramu.
Di luar pintu tangis mulai terdengar bersahutan, sahabat saling berpelukan.
Fatimah menutupkan tangan di wajahnya,dan Ali kembali mendekatkan telinganya ke bibir Rasulullah SAW mengucapkan; Umatku, umatku, umatku...
Dan, berakhirlah hidup manusia mulia yang memberi sinaran itu. Yg membawa kita keluar dari kepongpong kegelapan dan kezaliman kepada nur iaitu cahaya kebenaran.
Kini, mampukah kita mencintai dirinya seperti betapa cintanya Rasulullah kepada kita?
No comments:
Post a Comment